Blogroll

SELAMAT DATANG DI BLOG BIMBINGAN KONSELING ONLINE SMK PLUS QURROTA AYUN - See more at: http://www.seoterpadu.com/2013/07/cara-membuat-tulisan-berjalan-marquee.html#sthash.UeskRGAb.dpuf
SELAMAT DATANG DI BLOG BIMBINGAN KONSELING ONLINE SMK PLUS QURROTA AYUN - See more at: http://www.seoterpadu.com/2013/07/cara-membuat-tulisan-berjalan-marquee.html#sthash.UeskRGAb.dpuf

Minggu, 28 April 2013

Kisah Cinta Romantis Ali dan Fatimah


islamic motivation, cinta, kisah islami, motivasi cinta, Kisah Cinta Romantis Ali dan Fatimah

Ada rahasia terdalam di hati Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.

Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn 'Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka'bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!

Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu

"Allah mengujiku rupanya", begitu batin ’Ali.

Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakar. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakar lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti 'Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakar menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara 'Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakar; 'Utsman, 'Abdurrahman ibn 'Auf, Thalhah, Zubair, Sa'd ibn Abi Waqqash, Mush'ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti 'Ali.

Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakar; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, 'Abdullah ibn Mas'ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan 'Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakar sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.

'Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. "Inilah persaudaraan dan cinta", gumam 'Ali.

"Aku mengutamakan Abu Bakar atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku."

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.

Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.

'Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. 'Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah 'Ali dan Abu Bakar. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya 'Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, 'Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, "Aku datang bersama Abu Bakar dan 'Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan 'Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan 'Umar.."

Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana 'Umar melakukannya. 'Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.

'Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka'bah. "Wahai Quraisy", katanya. "Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang 'Umar di balik bukit ini!" 'Umar adalah lelaki pemberani. 'Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. 'Umar jauh lebih layak. Dan 'Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti
Ia mengambil kesempatan
Itulah keberanian
Atau mempersilakan
Yang ini pengorbanan

Maka 'Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran 'Umar juga ditolak.

Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti 'Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi'kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.

Di antara Muhajirin hanya 'Abdurrahman ibn 'Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa'd ibn Mu'adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn 'Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

"Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?", kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. "Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. "

"Aku?", tanyanya tak yakin.

"Ya. Engkau wahai saudaraku!"

"Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?"

"Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!"

'Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.

"Engkau pemuda sejati wahai 'Ali!", begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya berjawab, "Ahlan wa sahlan!" Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.

Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.

"Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?"

"Entahlah.."

"Apa maksudmu?"

"Menurut kalian apakah 'Ahlan wa Sahlan' berarti sebuah jawaban!"

"Dasar tolol! Tolol!", kata mereka,

"Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !"

Dan 'Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.

Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, 'Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti.

'Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, "Laa fatan illa 'Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!" Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti 'Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada 'Ali, "Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda"

'Ali terkejut dan berkata, "kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?"

Sambil tersenyum Fathimah berkata, "Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu" ini merupakan sisi ROMANTIS dari hubungan mereka berdua.

Kemudian Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut."

Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:

"Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak." (kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, bab4)


Kisah Romantis ini diambil dari buku Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A.Fillah
chapter aslinya berjudul "Mencintai sejantan 'Ali"

Senin, 22 April 2013

Tahap paling sulit dalam kehidupan Anda bukan ketika tidak ada yang mengerti Anda


Tahap paling sulit dalam kehidupan Anda bukan ketika tidak ada yang mengerti Anda,
Justru ketika Anda tidak memahami diri Anda sendiri.

Quote, Tahap paling sulit dalam kehidupan Anda bukan ketika tidak ada yang mengerti Anda

Minggu, 21 April 2013

Lakukan yang terbaik hari ini dan lakukan sekarang juga

motivasi, Lakukan yang terbaik hari ini dan lakukan sekarang juga

Tiga hari dalam hidup

Hari pertama : hari kemarin.
Kita tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi.
Kita tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan.
Kita tak mungkin lagi menghapus kesalahan dan mengulangi kegembiraan yang Kita rasakan kemarin.
Biarkan hari kemarin lewat dan beristirahat dengan tenang,
lepaskan saja…

Hari kedua : hari esok.
Hingga mentari esok hari terbit,
Kita tak tahu apa yang akan terjadi.
Kita tak bisa melakukan apa-apa esok hari.
Kita tak mungkin sedih atau ceria di esok hari.
Esok hari belum tiba, dan belum tentu esok hari Kita merengkuhnya
biarkan saja…

Yang tersisa kini hanyalah hari ini.
Pintu masa lalu telah tertutup.
Pintu masa depan pun belum tiba.
Pusatkan saja diri Kita untuk hari ini.
Kita dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini bila Kita mampu memaafkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan hari esok.

Hiduplah hari ini. Karena, masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran yang rumit.
Hiduplah apa adanya. Karena yang ada hanyalah hari ini, hari ini yang abadi.
Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat, meski mereka berlaku buruk pada Kita.
Cintailah seseorang sepenuh hati hari ini, karena mungkin besok cerita sudah berganti.
Ingatlah bahwa Kita menunjukkan penghargaan pada orang lain bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapakah diri Kita sendiri.

Jadi, jangan biarkan masa lalu mengekangmu atau masa depan membuatmu
bingung, lakukan yang terbaik hari ini dan lakukan sekarang juga.

Kamis, 18 April 2013

Mengapa Banyak Orang Pintar Memiliki Kesulitan Komunikasi


psokologi, pikiran, Mengapa Banyak Orang Pintar Memiliki Kesulitan Komunikasi

Apakah Anda pernah memiliki masalah dalam menjaga percakapan dengan orang lain, meskipun fakta bahwa Anda menganggap diri Anda orang yang cukup pintar?

Jika demikian, maka kemungkinan besar Anda meninggalkan kebingungan dan Anda terkejut dengan aktivitas Anda sendiri, karena Anda tahu begitu banyak hal yang menarik.

Faktanya adalah bahwa keterampilan sosial dan kecerdasan tidak selalu berjalan beriringan. Bahkan, orang dengan tingkat kecerdasan rata-rata sering dapat menjaga pembicaraan kecil lebih baik daripada mereka yang jauh lebih pintar dari mereka.

Banyak orang pintar tidak berhasil dalam menjaga percakapan yang menarik dan memiliki keterampilan sosial yang buruk.

Mengapa hal ini terjadi?
Orang pintar sering perfeksionis. Mereka sangat menuntut diri mereka dalam semua yang mereka lakukan. Ketika mereka percaya bahwa mereka telah gagal pada sesuatu, mereka sangat mencela diri mereka sendiri. Jika mereka berpikir bahwa mereka tidak dapat mendukung percakapan yang baik, mereka menjadi lebih gugup dan menarik diri. Kekhawatiran ini mencegah mereka dari mampu untuk bersantai dan menikmati percakapan.

Orang pintar menghabiskan sebagian besar hidup mereka berjuang untuk kemajuan intelektual, tapi lupa untuk mengembangkan sisi sosial dan emosional mereka. Mereka mungkin berpikir bahwa pengembangan keterampilan sosial dan emosional tidak terlalu penting, atau mungkin hanya merasa bahwa pada titik tertentu, sudah terlambat untuk mulai mengembangkan keterampilan baru dan kompleks.

Mereka mungkin sangat serius dan percaya bahwa mereka hanya harus mencurahkan waktu dan diskusi untuk hal-hal serius bukan membuang waktu pada hal-hal sepele. Hal ini menyebabkan mereka dengan cepat kehilangan minat dalam percakapan jika mereka melihat bahwa itu tidak memiliki substansi yang nyata.

Dalam beberapa kasus, orang dengan kecerdasan di atas rata-rata merasa superior dari orang lain, dan berpikir bahwa tidak ada gunanya membuang-buang waktu mereka pada orang-orang yang tidak pantas untuk berbicara dengan mereka. Mereka bisa sok nyata.

Banyak orang pintar yang sangat pemalu, yang membuat mereka merasa bahwa mereka bukan orang-orang yang menarik. Kecerdasan yang tinggi dan harga diri yang tinggi tidak selalu terkait.

Beberapa orang yang sangat pintar, terutama yang kuat dalam sains dan matematika pada khususnya, mungkin menderita dari apa yang disebut sindrom Asperger. Hal ini diyakini bahwa ini terkait dengan autisme dan dapat memanifestasikan dirinya dalam cara yang berbeda.

Cukup sering orang-orang dengan subyek sindrom Asperger, sampai batas tertentu, dapat sangat efektif ketika mereka fokus pada hal-hal ilmiah, tapi tidak mampu untuk membangun interaksi sosial dengan orang lain. Orang-orang seperti ini biasanya berbicara dengan singkat, dan menunjukkan hampir tidak ada kepentingan dalam emosional kehidupan orang lain .

Intelijen hanyalah salah satu aspek kemanusiaan. Tidak peduli seberapa pintar seseorang, kurangnya keterampilan interaksi sosial dapat mempengaruhi kehidupan dan kariernya.

Jadi apa yang harus dilakukan jika Anda adalah salah satu dari orang-orang yang cukup cerdas tetapi mengalami kesulitan berkomunikasi dengan orang lain?

Pertama, Anda harus bertanya pada diri sendiri apakah mengembangkan keterampilan komunikasi Anda adalah sesuatu yang Anda benar-benar inginkan atau butuhkan?

Jika jawabannya adalah "tidak", maka tidak ada gunanya untuk mencoba untuk memperbaikinya.

Jika jawabannya adalah "ya", maka Anda benar-benar dapat meningkatkan kemampuan berbicara Anda, mengembangkan kemampuan untuk menikmati pembicaraan kecil dan memiliki hubungan baik dengan orang lain.

Anda harus menyediakan waktu untuk berlatih keterampilan baru dan mengubah sikap Anda terhadap diri sendiri dan orang lain. Mengambil komitmen tersebut, Anda cenderung menjadi jauh lebih berhasil dalam berbagai bidang kehidupan Anda.

Sabtu, 13 April 2013

Tindakan, bukan kata-kata adalah cara berkomunikasi secara efektif


Bagaimana cara berkomunikasi secara efektif

Orang seringkali tidak percaya, atau mengabaikan apa yang kita katakan.

Jadi, jika kata-kata bukanlah cara terbaik untuk berkomunikasi, bagaimana kita berkomunikasi secara efektif?

Cara yang paling efektif untuk berkomunikasi adalah dengan tindakan kita.

Tindakan, bukan kata-kata - itulah bagaimana berkomunikasi secara efektif.